|
PELAYANAN
ANTENATAL TERPADU
Kementerian
Kesehatan
Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
2010
KATA
PENGANTAR
Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam pelaksanaannya,
pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan azas perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian serta adil dan merata dengan mengutamakan aspek
manfaat utamanya bagi kelompok rentan seperti ibu, bayi, anak, usia lanjut dan
keluarga tidak mampu.
Upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan
balita, meningkatkan status gizi masyarakat serta pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional
bidang kesehatan sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan
Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2010-2014.
Untuk
meningkatkan status kesehatan ibu, puskesmas dan jaringannya serta rumah sakit
rujukan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan, baik yang bersifat promotif,
preventif, maupun kuratif dan rehabilitatif. Upaya tersebut berupa pelayanan
kesehatan pada ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penanganan
komplikasi, pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
Setiap ibu hamil
diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat
serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah
mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk
deteksi kemungkinan adanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan janinnya.
Ada
beberapa masalah/penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, pertumbuhan janin
dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan yang kelak
dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi serta mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin seperti kurang energi kronis, anemia gizi besi, kurang
yodium, HIV/AIDS, Malaria, TB dan lain sebagainya.
Melihat
kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal
harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar
adanya masalah/penyakit tersebut dapat dideteksi dan ditangani secara dini.
Melalui pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil akan mendapatkan pelayanan
yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak reproduksinya dapat terpenuhi, missed
opportunity dapat dihindari serta pelayanan kesehatan dapat
diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.
Hasil
pengamatan lapangan yang dilaksanakan secara intensif dalam beberapa tahun
terakhir, memperlihatkan bahwa pelayanan antenatal masih terfokus pada
pelayanan 7T (timbang, tensi, tinggi fundus, Tetanus Toxoid, tablet tambah
darah, temu wicara, dan tes laboratorium). Hal ini menyebabkan berbagai
masalah/penyakit yang diderita ibu hamil tidak terdeteksi secara dini. Untuk
menjawab kebutuhan tersebut, Kementerian Kesehatan RI telah menyusun Pedoman
Pelayanan Antenatal Terpadu. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas untuk
meningkatkan status kesehatan ibu yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi
terhadap penurunan angka kematian ibu.
Pedoman
ini juga dapat digunakan untuk memperkaya materi ajar pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi tenaga
kesehatan.
Jakarta, Juli 2010
Direktur
Jenderal
Bina
Kesehatan Masyarakat
Dr.
Budihardja, DTM&H, MPH
Lampiran
Konsep
alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas
Catatan
: -
Poli KIA hanya merujuk
pemeriksaan laboratorium rutin ANC
- Poli
KIA hanya melakukan penapisan ibu hamil berdasarkan keluhan dan gejala klinis
- Alur
pelayanan disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil
diturunkan dari 307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi
228/100.000 KH pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target
RPJMN 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan Tujuan Pembangunan
Milenium (Millenium Development Goals), yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun
2015.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu
adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas seperti perdarahan, pre eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet
dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran)
menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan
kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT
(terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor
berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular seperti
Hipertensi, Diabetes Mellitus, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan
gizi.
Selain itu masih terdapat masalahdalam penggunaan kontrasepsi.
Menurut data SDKI Tahun 2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu.
|
Masalah lain adalah HIV pada ibu hamil, selain mengancam
keselamatan ibu juga dapat menular kepada bayinya (mother-to-child
transmission). Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2009, dari 10.026
ibu hamil yang menjalani test HIV,
sebanyak 289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan
positif HIV.
Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga
perlu mendapat perhatian. Ibu hamil yang menderita Sifilis berpotensi untuk melahirkan
bayi dengan Sifilis kongenital. Data terbatas dari tiga kabupaten model, dari
2.640 ibu hamil yang diperiksa, yang positif 52 ibu hamil (1,97%).
Penyakit menular lain yang masih merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat adalah Tuberkulosis (TB). Pada ibu hamil TB dapat memperburuk
kesehatan dan status gizi ibu, serta mempengaruhi tumbuh kembang janin dan risiko tertular pada bayinya.
Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung,
asma berat, dan gangguan jiwa sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin
dan bayi baru lahir. Penanganan penyakit
kronis pada ibu hamil masih belum seperti yang diharapkan dan datanya juga
belum terekam dengan baik.
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asupan zat
besi pada perempuan khususnya ibu hamil dapat menyebabkan anemia yang akan
menambah risiko perdarahan dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah,
prevalensi anemia pada pada ibu hamil sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di samping
kekurangan asupan zat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kecacingan dan
Malaria. Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan konsumsi
garam beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS) yang berisiko kurang
energi kronik (KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beryodium cukup (Riskesdas 2007).
Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang
menyertainya, perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan,
melalui kegiatan brain booster meliputi stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.
Masalah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) merupakan masalah
global yang terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil yang
mendapat kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami maupun orang-orang
terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.
Indikator
yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1 - kontak pertama
dan K4 - kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,
sesuai standar. Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini
sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4
84,36% (data Kementerian Kesehatan tahun 2009). Walaupun demikian, masih
terdapat disparitas antar provinsi dan
antar kabupaten/kota yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan,
juga ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya
diberikan pada saat kontak dengan tenaga kesehatan (missed opportunity).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan antenatal di fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/kelompok perlu dilaksanakan
secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus
kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian
penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual),
penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai
dengan kebutuhan program.
B.
TUJUAN
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Tujuan umum adalah :
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan khusus adalah :
1)
Menyediakan pelayanan
antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan
dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
2)
Menghilangkan “missed
opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan antenatal terpadu,
komprehensif, dan berkualitas.
3)
Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan
yang diderita ibu hamil.
4)
Melakukan intervensi
terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin.
5) Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada.
C. Sasaran Pelayanan dan Pengguna Buku
Pedoman
1)
Sasaranpelayanan:
Semua ibu hamil ditargetkan menjadi
sasaran pelayanan antenatal terpadu.
2)
Pengguna buku pedoman
a) Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan ibu, bayi baru lahir dan keluarga berencana
b) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta
yang menyediakan pelayanan antenatal
c) Lintas program terkait di tingkat pusat,
propinsi dan kabupaten/kota
d) Institusi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan (perguruan
tinggi, Poltekkes, STIKes, RS, Bapelkes, Pusat Pelatihan,
dan lainnya).
e) Organisasi profesi terkait.
D. Indikator
1.
Kunjungan pertama (K1)
K1
adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar.
Kontak
pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya
sebelum minggu ke 8.
2.
Kunjungan ke-4 (K4)
K4
adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif
sesuai standar.
Kontak
4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12
minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada
trimester ke-3 dilakukan setelah minggu
ke 24 sampai dengan minggu ke 36.
Kunjungan
antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,
penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
3.
Penanganan Komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit
menular maupun tidak menular serta masalah gizi
yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi.
Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang
sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eklampsia, persalinan macet,
infeksi, abortus, Malaria, HIV/AIDS, Sifilis, TB, Hipertensi, Diabete Meliitus,
anemia gizi besi (AGB) dan kurang energi kronis (KEK).
E.
TARGET
Dalam
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan target untuk
Kunjungan Antenatal dan Penanganan Komplikasi sebagai berikut:
TAHUN
|
TARGET NASIONAL
|
||
K1
|
K4
|
PK
|
|
2010
|
95
|
84
|
58
|
2011
|
96
|
88
|
63
|
2012
|
97
|
90
|
67
|
2013
|
98
|
93
|
71
|
2014
|
100
|
95
|
75
|
BAB II
PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
A. Konsep
PELAYANAN
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu
hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga
kesehatan harus dapat
memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah
dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal
yang berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat;
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan
c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu bila diperlukan.
f. Melibatkan
ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil,
menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Kerangka konsep
antenatal komprehensif
dan terpadu
Dalam melakukan pemeriksaan
antenatal, tenaga kesehatan harus
Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1)
Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram
setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
2)
Ukur lingkar lengan
atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis
disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
3)
Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah; dan atau proteinuria)
4)
Ukur tinggi fundus
uteri
Pengukuran tinggi fundus
pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus
tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5)
Hitung denyut jantung
janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya
gawat janin.
6)
Tentukan presentasi
janin;
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan
kepala, atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah
lain.
7)
Beri imunisasi Tetanus
Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada
saat kontak pertama, ibu hamil dilakukan skrining status imunisasi TT-nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini.
8)
Beri tablet tambah
darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi,
setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
9)
1. Periksa laboratorium
(rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a.
Pemeriksaan golongan darah,
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon
pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
b.
Pemeriksaan kadar hemoglobin
darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan.
c.
Pemeriksaan protein dalam
urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu
indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d.
Pemeriksaan kadar gula
darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
e.
Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah
endemis Malariadilakukan pemeriksaan darah Malaria
dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis
Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f.
Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan
sedini mungkin pada kehamilan.
g.
Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus
HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Tes HIV pada Ibu
hamil disertai dengan konseling sebelum dan sesudah tes serta menanda tangani
informed consent
h.
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan
BTA dilakukan pada ibu hamil yang menderita batuk berdahak lebih dari 2 minggu
(dicurigai menderita Tuberkulosis) sebagai upaya penapisan infeksi TB
Selain pemeriksaaan
tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan
penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
10) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus
yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
12)
KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi :
a.
Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang
cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b.
Perilaku hidup bersih dan
sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur
serta melakukan olah raga ringan.
c.
Peran suami/keluarga dalam
kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon
donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan,
dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d.
Tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e.
Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses
tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan
minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
f.
Gejala penyakit menular
dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit
menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.
g.
Penawaran untuk melakukan
konseling dan testing HIV di daerah tertentu (risiko tinggi).
Setiap ibu hamil dengan kecurigaan HIV diberi
tahu pentingnya tes HIV serta tempat-tempat layanan VCT.
h.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang
penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6
bulan.
i.
KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat
kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j.
Imunisasi
Pentingnya mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk
mencegah kejadian kasus tetanus pada ibu
dan bayinya.
k.
Peningkatan kesehatan
intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan,
ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan
B. Jenis
Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:
a)
Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan
antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
anamnesa, yaitu:
1.
Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat
ini.
2.
Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
o Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul
pada kehamilan muda terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang
setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan,
kecuali kalau memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan
menurun terus.
o Pusing
Pusing biasa muncul pada
kehamilan muda. Apabila pusing sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka
perlu diwaspadai.
o Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang
timbul pada ibu hamil mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
o Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun
hanya sedikit sudah merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
o Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
o Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari
atau keluarnya cairan berlebihan dari liang rahim dan kadang-kadang berbau
merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.
o Batuk lama
Batuk lama dan berdahak Lebih
dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut. Dapat dicurigai ibu menderita TB.
o Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu
hamil merupakan salah satu masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.
o Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama
kehamilan, biasanya timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing,
yang biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderta kurang darah.
o Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu
hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena bayi menekan paru-paru
ibu. Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.
o Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan
salah satu tanda bahaya pada ibu hamil.
o Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu
pada kehamilan akhir bulan ke empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada
usia kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka
ibu hamil harus waspada.
o Perilaku berubah selama hamil,
seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa
mengalami perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal.
Pada kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan
ke psikiater.
o Riwayat kekerasan terhadap
perempuan (KtP) selama kehamilan
Informasi mengenai kekerasan
terhadap perempuan terutama ibu hamil seringkali sulit untuk digali. Korban
kekerasan tidak selalu mau berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin
disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada
orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan
diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan dukungan agar mau membuka
diri.
3.
Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan
yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu.
4.
Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
5.
Menanyakan jumlah tablet
Fe yang dikonsumsi.
6.
Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
7.
Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat
pemakaian obat Malaria.
8.
Di daerah risiko tinggi IMS dan HIV, tanyakan gejala IMS, HIV
dan riwayat penyakit pada pasangannya serta perilaku berisiko. Informasi ini penting untuk langkah-langkah
penanggulangan penyakit menular seksual.
9.
Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
10.
Menanyakan kesiapan
menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam
kehamilan, antara lain:
o
Siapa yang akan menolong
persalinan?
Setiap ibu hamil harus
bersalin ditolong tenaga kesehatan.
o
Dimana akan bersalin?
Ibu hamil
dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau di rumah sakit?
o Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya
didampingi suami atau keluarga terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat,
kader, dukun dan bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam
menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
o
Siapa yang akan menjadi
pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan
masyarakat menyiapkan calon donor darah yang sewaktu-waktu dapat menyumbangkan
darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.
o
Transportasi apa yang akan
digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa
berasal dari masyarakat sesuai dengan kesepakatan bersama yang dapat
dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk
tempat rujukan. Alat transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak,
sepeda, tandu, perahu, dsb.
o Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat
menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak. Biaya persalinan ini dapat pula
berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin (dana sosial ibu bersalin)
yang dapat dipergunakan untuk membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan
dan kegawatdaruratan.
Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami,
keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya.
Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu diinformasikan
bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali
kunjungan diantar suami.
b)
Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan
antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan
umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.
Tabel 2. Jenis Pemeriksaan
Pelayanan Antenatal Terpadu.
No
|
Jenis Pemeriksaan
|
Trimester
I
|
Trimester II
|
Trimester III
|
Keterangan
|
1
|
Keadaan Umum
|
ü
|
ü
|
ü
|
Rutin
|
2
|
Suhu tubuh
|
ü
|
ü
|
ü
|
Rutin
|
3
|
Tekanan darah
|
ü
|
ü
|
ü
|
Rutin
|
4
|
Berat badan
|
ü
|
ü
|
ü
|
Rutin
|
5
|
Penapisan status TT
|
|
ü
|
|
Rutin
|
6
|
LILA
|
ü
|
|
|
Rutin
|
7
|
TFU
|
|
ü
|
ü
|
Rutin
|
8
|
Presentasi Janin
|
|
ü
|
ü
|
Rutin
|
9
|
DJJ
|
|
ü
|
ü
|
Rutin
|
10
|
Pemeriksaan Hb
|
ü
|
|
ü
|
Rutin
|
11
|
Golongan darah
|
ü
|
|
|
Rutin
|
12
|
Protein urin
|
|
¬
|
¬
|
Atas indikasi
|
13
|
Gula darah/reduksi
|
¬
|
¬
|
¬
|
Atas indikasi
|
14
|
Darah Malaria
|
¬
|
¬
|
¬
|
Atas indikasi
|
15
|
BTA
|
¬
|
¬
|
¬
|
Atas indikasi
|
16
|
Tes Sifilis
|
¬
|
¬
|
¬
|
Atas
indikasi
|
17
|
Tes HIV
|
¬
|
¬
|
¬
|
Atas
indikasi
|
18
|
USG
|
¬
|
¬
|
¬
|
Rujukan
atas
indikasi
|
19
|
Foto thorak
|
¬
|
¬
|
¬
|
Rujukan
atas
indikasi
|
Pemeriksaan
laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas. Apabila di fasilitas
tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu hamil ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
c) Penanganan dan Tindak Lanjut
kasus.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa
banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal dan keadaan
bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.
Berikut ini adalah penanganan dan
tindak lanjut kasus pada pelayanan antenatal terpadu.
Tabel 3. Penanganan dan Tindak
Lanjut Kasus
No
|
Hasil
pemeriksaan
|
Penanganan
dan Tindak Lanjut Kasus
|
1
|
Ibu hamil dengan perdarahan
antepartum
|
o
Keadaan emergensi, rujuk untuk penanganan perdarahan sesuai standar
|
2
|
Ibu hamil dengan demam
|
o
Tangani demam sesuai standar
o
Jika dalam 2 hari masih demam
atau keadaan umum memburuk, segera rujuk
|
3
|
Ibu hamil dengan hipertensi
ringan ( Tekanan Darah 140/90 mmHg) tanpa proteinuria
|
o
Tangani hipertensi sesuai
standar
o
Periksa ulang dalam 2 hari,
jika tekanan darah meningkat, segera
rujuk.
o
Jika ada gangguan janin, segera
rujuk.
o
Konseling gizi, diet makanan
untuk hipertensi dalam kehamilan
|
4
|
Ibu hamil dengan hipertensi
berat (diastole ≥ 110 mmHg) tanpa
proteinuria
|
o
Rujuk untuk penanganan
hipertensi berat sesuai standar.
|
5
|
Ibu hamil dengan status TT
tidak lengkap
|
o
Diberikan imunisasi TT sesuai
dengan interval pemberian
|
6
|
Ibu hamil dengan pre eklampsia,
o
Hipertensi disertai
o
Edema wajah atau tungkai bawah,
dan atau
o
Proteinuria (+)
|
o
Keadaan emergensi, rujuk untuk penanganan pre-eklampsia sesuai standar.
|
7
|
o
Ibu hamil BB Kurang (kenaikan
BB < 1 Kg/bulan), atau
o
Ibu hamil risiko KEK
(LILA < 23,5 cm)
|
o
Rujuk untuk penanganan ibu
hamil risiko KEK sesuai standar.
|
8
|
Ibu hamil BB Lebih (kenaikan BB
> 2Kg/bulan).
|
o
Rujuk untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
|
9
|
TFU tidak sesuai dengan umur
kehamilan.
|
Rujuk untuk penanganan gangguan
pertumbuhan janin.
|
10
|
Kelainan letak janin pada trimester III.
|
Rujuk untuk penanganan
kehamilan dengan kelainan letak janin.
|
11
|
Gawat Janin
|
Rujuk untuk penanganan gawat
janin
|
12
|
Ibu hamil dengan anemia
|
o
Rujuk untuk penanganan anemia
sesuai standar
o
Konseling gizi, diet makanan
kaya zat besi dan protein
|
13
|
Ibu hamil dengan Diabetes
Mellitus (DM).
|
o
Rujuk untuk penanganan DM
sesuai standar
o
Konseling gizi, diet makanan
untuk ibu hamil DM
|
14
|
Ibu hamil dengan Malaria
|
o
Konseling tidur menggunakan kelambu berinsektisida
o
Memberikan pengobatan sesuai
kewenangan
o
Rujuk untuk penanganan lebih lanjut pada Malaria dengan
komplikasi.
|
15
|
Ibu hamil dengan Tuberkulosis
(TB)
|
o
Rujuk untuk penanganan TB
sesuai standar
o
Konseling gizi, diet makanan
untuk ibu hamil TB
o
Pemantauan minum obat TB
o
PHBS
|
16
|
Ibu hamil dengan Sifilis
|
o
Rujuk untuk penanganan Sifilis
pada ibu hamil dan suami sesuai standar.
|
17
|
Ibu hamil dengan HIV.
|
o
Konseling rencana persalinan (PMTCT)
o
Rujuk untuk penanganan HIV sesuai standar
o
Konseling/pendampingan
|
18
|
Ibu hamil dengan masalah kejiwaan
|
o
Rujuk untuk pelayanan kesehatan jiwa.
o
Pantau hasil rujukan balik
Kerjasama
dengan fasilitas rujukan selama kehamilan
|
19
|
Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga
|
o
Rujuk ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan
|
Pada setiap kunjungan
antenatal, semua pelayanan yang meliputi anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang
diberikan serta rencana tindak-lanjutnya
harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Jelaskan tanda-tandabahaya dimana ibu hamil
harus segera datang untuk mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan.
Apabila ditemukan kelainan
atau keadaan tidaknormal pada kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak
lanjut termasuk perlunya rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan laboratorium/penunjang,
USG, konsultasi atau perawatan, dan juga jadwal kontrol berikutnya, apabila
diharuskan datang lebih cepat.
Ibu hamil yang mengalami
kekerasan dalam rumah tangga adalah ibu hamil yang mengalami segala bentuk
tindak kekerasan yang berakibat, atau mungkin berakibat, menyakiti secara
fisik, seksual, mental atau penderitaan; termasuk ancaman dari tindakan
tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di
lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi.
Pusat Pelayanan Terpadu
(PPT) terhadap korban kekerasan merupakan tempat dilaksanakannya pelayanan
kepada korban kekerasan baik di rumah sakit umum pemerintah dan swasta termasuk
rumah sakit POLRI secara komprehensif oleh multidisipliner dibawah satu atap
(one stop services).
d). Pencatatan hasil
pemeriksaan antenatal terpadu.
Pencatatan hasil
pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal terpadu yang
berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat hasilnya
pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku KIA.
Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih
sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk peningkatan
kualitas pelayanan antenatal.
Dengan
menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas
pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.
C.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.
KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu
ibu hamil dalam mengatasi masalahnya
Tabel 4. Materi KIE efektif dalam
pelayanan antenatal terpadu
No
|
Materi KIE
|
Isi pesan
|
1
|
Persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi komplikasi
|
·
Tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
·
Tabulin
·
Tempat persalinan
·
Transportasi rujukan
·
Penolong persalinan
·
Calon donor darah
·
Pendamping persalinan
·
Suami SIAGA (siap antar jaga)
|
2
|
Inisiasi menyusu dini dan ASI
eksklusif
|
·
Skin to skin contact untuk IMD
·
Kolostrum
·
Rawat gabung
·
ASI saja 6 bulan
·
Tidak diberi susu formula
·
Keinginan untuk menyusui
·
Penjelasan pentingnya ASI
·
Perawatan puting susu
|
3
|
KB paska persalinan
|
Metode yang sesuai dalam masa
nifas
|
4
|
Masalah gizi
|
·
Suplementasi tablet besi
·
Mengkonsumsi garam beryodium
·
Mengkonsumsi makanan padat kalori dan kaya zat besi
·
Pemberian makanan tambahan
|
5
|
Pemberian imunisasi TT
|
·
Pentingnya pemberian imunisasi TT
·
Interval pemberian imunisasi TT yang benar
|
6
|
Masalah penyakit kronis dan
penyakit menular.
|
·
Upaya pencegahan.
·
Mengenali gejala penyakit
·
Menerapkan PHBS
·
Kepatuhan minum obat.
|
7
|
Kelas ibu
|
·
Setiap ibu hamil menggunakan
buku KIA
·
Bertukar pengalaman diantara
ibu hamil
·
Senam hamil
|
8
|
Brain
booster
|
·
Berkomunikasi dengan janin
·
Musik untuk menstimulasi janin
·
Nutrisi gizi seimbang bagi ibu
hamil.
|
9
|
Informasi HIV/AIDS (PMTCT) dan IMS
|
·
Definisi HIV, AIDS dan IMS
·
Penularan dan pencegahan HIV
dan IMS
·
Pentingnya tes HIV
·
Layanan VCT/CST
·
PMTCT
|
10
|
Informasi KtP (kekerasan
terhadap perempuan)
|
·
Pengertian kekerasan terhadap
perempuan
·
Bentuk-bentuk KtP
·
Akibat KtP
·
Pencegahan dan penanganan KtP
|
BAB
III
|
PENYELENGGARAAN
PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
Untuk menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu diperlukan
suatu manajemen berbasis data. Kementerian Kesehatan menetapkan norma, standar,
prosedur dan kriteria (NSPK) untuk pelayanan antenatal terpadu, termasuk
melakukan advokasi, fasilitasi, pendampingan, koordinasi, pemantauan dan
evaluasi penyelenggaraan dan pelayanan antenatal terpadu.
1. Input
Input yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan antenatal
terpadu antara lain meliputi:
a) Adanya norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayanan
antenatal terpadu.
b) Adanya perencanaan dan penganggaran tahunantingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota untuk penyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu di fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Adanyasarana dan fasilitas kesehatan sesuai standar dalam menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
d) Adanya logistik yang dibutuhkan untuk mendukung penyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu.
e) Adanyatenaga pengelola program KIA yang sesuai
untuk mengelola pelayanan antenatal terpadu di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota.
f) Adanya tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan antenatal
terpadu sesuai standar.
g) Adanya informasi sistem dan tempat rujukan bagi masing-masing kasus dalam pelaksanaanpelayanan antenatal terpadu.
h) Adanya informasi status endemisitas dan daerah berisiko tinggi penyakit yang mempengaruhi kehamilan.
i)
Adanya pedoman
pelaksanaan program terkait dengan pelayanan antenatal terpadu.
2.
Proses
a) Sosialisasi norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayanan
antenatal terpadu secara berjenjang.
b) Penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIA
tahunantingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu di fasilitas
pelayanan kesehatan.
c) Melaksanakan pelayanan
antenatal terpadu disarana dan fasilitas kesehatan.
d) Menggunakan logistik sesuai kebutuhan dalam penyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu.
e) Standarisasi pengelola program KIA dalam penyelenggaraan pelayanan
antenatal terpadu di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
f) Standarisasi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan antenatal
terpadu.
g) Menggunakan informasi, sistem dan tempat rujukan kasus
dalam pelaksanaanpelayanan antenatal terpadu.
h) Menggunakan informasi endemisitas dan
daerah berisiko tinggi terjadinya penyakit
terkait kehamilan dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu.
i)
Menggunakanpedoman pelaksanaan
program terkait
dalam menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
3.
Output:
a)
Tersosialisasinya norma,
standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayanan antenatal terpadu.
b)
Terlaksananya pelayanan
antenatal terpadu di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai perencanaan yang
didukung anggaran tahunan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
c)
Terlaksananya pelayanan
antenatal terpadu disarana dan fasilitas kesehatan yang telah terstandar.
d)
Digunakannya logistik
pendukung yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu.
e) Tenaga
pengelola program KIA mampu mengelola pelayanan antenatal
terpadu di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
f) Tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan antenatal terpadu
sesuai standar.
g) Digunakannya informasi sistem dan tempat rujukan dalam pelaksanaanpelayanan antenatal terpadu.
Pelayanan antenatal terpadu terlaksana sesuai dengan status endemisitas dan daerah berisiko tinggi
penyakit yang mempengaruhi kehamilan.
|
PENCATATAN DAN PELAPORAN
- PENCATATAN :
Pencatatan pelayanan antenatal terpadu menggunakan formulir yang
sudah ada yaitu :
1.
Kartu Ibu atau rekam medis
lainnya yang disimpan di fasilitas
kesehatan
2.
Register kohort ibu,
merupakan kumpulan data-data dari kartu ibu.
3.
Buku KIA(dipegang ibu).
4.
Pencatatan dari program
yang sudah ada (Catatan dari Imunisasi, dari Malaria, gizi, KB, TB, dll)
Formulir harus diisi
lengkap setiap kali selesai memberikan pelayanan. Dokumen ini harus disimpan
dan dijaga dengan baik karena akan digunakan pada kontak berikutnya. Pada
keadaan tertentu dokumen ini diperlukan untuk kegiatan audit medik.
- PELAPORAN
Pelaporan pelayanan antenatal terpadu menggunakan formulir
pelaporan yang sudah ada, yaitu
·
LB3 KIA
·
PWS KIA
·
PWS Imunisasi
Tenaga kesehatan (di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta) yang memberikan pelayanan
antenatal di wilayah kerja puskesmas, melaporkan rekapitulasi hasil pelayanan antenatal
terpadu setiap awal bulan ke puskesmas. (tergantung kebijakan daerah
masing-masing)
Puskesmas menghimpun laporan rekapitulasi dari tenaga kesehatan
di wilayah kerjanya dan memasukkan ke dalam register Kohort untuk keperluan pengolahan dan analisa data
serta pembuatan laporan PWS KIA.
Hasil
pengolahan dan analisa data dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota setiap
bulan. Sementara itu grafik PWS KIA digunakan oleh puskesmas untuk memantau
pencapaian target dan melihat tren pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Dinas kesehatan
kabupaten/kota menghimpun hasil pengolahan dan analisa data dari seluruh
puskesmas di wilayahnya untuk keperluan pengolahan dan analisa data serta
pembuatan grafik PWS KIA tingkat kabupaten/kota setiap bulan.
Hasil pengolahan dan
analisa data dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi setiap bulan. Sementara itu
grafik PWS KIA digunakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota untuk memantau
pencapaian target dan melihat tren pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Dinas kesehatan provinsi
menghimpun hasil pengolahan dan analisa data dari seluruh kabupaten/kota di
wilayahnya untuk keperluan pengolahan dan analisa data.
Hasil pengolahan dan
analisa data dilaporkan ke Pusat Data dan Surveilens Kementerian Kesehatan
dengan tembusan ke Direktorat Bina Kesehatan Ibu setiap 3 bulan. Sementara itu
grafik PWS KIA digunakan oleh dinas kesehatan provinsi untuk memantau
pencapaian target dan melihat tren pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Pusat Data dan Surveilens
Kementerian Kesehatan menghimpun hasil pengolahan dan analisa data dari seluruh
provinsi per kabupaten/kota. Hasil pengolahan dan analisa data dilaporkan ke
Menteri Kesehatan dan diteruskan ke UKP4 (Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan
dan Pengendalian Pembangunan). Sementara itu melalui Direktur Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, umpan balik diberikan ke kepala dinas kesehatan provinsi
melalui Gubernur.
|
PENUTUP
Pelayanan Antenatal Terpadu merupakan pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil untuk
memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat.
Pelayanan antenatal terpadu tersebut mencakup pelayanan
promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif yang meliputi
pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB,
Malaria, penyakit menular seksual), tidak menular (hipertensi, Diabetes
Mellitus), ibu hamil yang mengalami
kekerasan selama kehamilan serta program spesifik lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
Setiap tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun
swasta harus dapat memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap ibu hamil
agar dapat memastikan kehamilan berlangsung normal, mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil serta melakukan intervensi secara adekuat.
Pedoman pelayanan antenatal terpadu, merupakan pedoman yang
dinamis, sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan program dan kebutuhan
spesifik daerah.
LAMPIRAN
|
Petunjuk :
Berilah tanda (V) pada kolom YA, bila kegiatan dilakukan
Berilah tanda (V) pada kolom TIDAK bila
kegiatan tidak dilakukan
Berilah tanda (V) pada kolom TB bila kegiatan
tidak berlaku dalam asuhan yang diamati
Kegiatan
|
Asuhan Yang Dikaji
|
Catatan
|
||
1
|
2
|
3
|
||
|
Ya
|
Tidak
|
Tidak Berlaku (TB)
|
|
1. Pengkajian
Meminta kesediaan klien untuk diperiksa
A. Anamesa
1. Identitas Ibu
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Hari pertama haid terakhir
b.
Gerakan janin pertama kali dirasakan
c.
Tanda bahaya dan penyulit kehamilan
d. Keluhan umum lainnya
e. Obat/jamu yang pernah dan sedang
dikonsumsi
f. Keluhan buang air kecil
g.
Keluhan buang air besar
h.
Kekhawatiran khusus
3.
Riwayat kehamilan,
persalinan, nifas yang lalu
a.
Jumlah kehamilan
b.
Jumlah kelahiran/anak hidup
c.
Jumlah keguguran
d.
Jumlah kelahiran prematur
e.
Riwayat kehamilan (gemelli, plasenta previa, dll)
f.
Riwayat persalinan (spontan, sectio caesar, forsep, vakum)
g.
Berat bayi yang dilahirkan
h.
Kondisi bayi
i.
Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (perdarahan, tekanan darah tinggi,
panas)
j.
Tempat persalinan terdahulu
k.
Penolong persalinan terdahulu
|
|
|
|
|
4.
Riwayat keselamatan / penyakit yang pernah diderita :
a.
Animea
b.
Hipertensi
c.
Kardiovaskular
d.
TBC
e.
Diabetes
f.
Malaria
g.
Infeksi Menular Seksual (spilis, GO, HIV/AIDS,dll)
h.
Lain-lain......
5.Riwayat
sosial ekonomi
a.
Status perkawinan
b.
Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
c.
Penggunaan alat kontrasepsi KB
d.
Dukungan keluarga
e.
Pengambil keputusan dalam keluarga
f.
Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan
g.
Kebiasaan hidup sehat
h.
Beban kerja sehari
i. Tempat dan penolong persalinan yang
diinginkan
j.
Penghasilan keluarga
|
|
|
|
|
B.
Pemeriksaan
·
Bidan menjelaskan alasan dan semua prosedur yang
akan dilakukan.
·
Membantu mengatur posisi ibu sesuai dengan jenis
pemeriksaan
1.
Keadaan umum
2.
Kesadaran
3.
Keadaan emosional
4.
Tinggi badan
5.
Berat badan
6.
Suhu badan
7.
Tekanan darah
8.
Denyut nadi
9.
Pernafasan
10.
Mata
11.
Rahang,gusi,gigi
12.
Leher
13.
Payudara dan puting susu
14.
Abdomen dan uterus
a.
Keutuhan (bekas luka?)
b.
Palpasi bagian-bagian janin
c.
Ukuran tinggi fundus uteri
d.
Auskultasi denyut jantung janin
15.
Ekstremitas atas dan bawah
a.
Adakah edama
b.
Adakah varises
c.
Reflek
16.
Ano-Genitalia
17.
Pemeriksaan laboratorium (sesuai dengan indikasi)
a.
Urine
b.
Darah
|
|
|
|
|
II.
Perumusan Diagnosa dan atau masalah : Menetapkan diagnosa dan atau masalah
III.
Perencanaan:
a.
Promosi persalinan normal dan persiapan kelahiran/ kegawat daruratan (
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi/ P4K )
b.
Mengatasi masalah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien
c.
Kolaborasi dan rujukan bila diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
IV.
Pelaksanaan
A. Promosi
persalinan normal dan persiapan kelahiran/ kegawat daruratan :
1.
Memberikan imunisasi TT
2. Memberikan
suplemen zat gizi, tablet besi, asam folat, vitamin (sesuai kebutuhan)
3. Menjelaskan
cara mengkonsumsi obat serta efek samping
4. Mendiskusikan
persiapan kelahiran/ kegawat daruratan ( Program Perencanan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi/ P4K) :
a.
Penolong
persalinan
b.
Tempat persalinan
c.
Perlengkapan yang diperlukan ibu dan bayi
d.
Keuangan
e.
Donor darah
f.
Transportasi
g.
Pendamping ibu
5. Pendidikan
kesehatan (KIE) dan konselinh :
· Menghitung
usia kehamilan dan taksiran persalinan bersama ibu
· Mengatasi
ketidak nyamanan yang mungkin timbul
· Memenuhi
kebutuhan dan mengatasi masalah ibu :
a. Nutrisi
b. Olah raga ringan
c. Istirahat
d. Kebersihan diri dan lingkungan
e. Persiapan pemberian ASI
f. Pengenalan tanda bahaya kehamilan dan cara
mencari pertolongan
g. Kontrasepsi pasca salin
h. Hubungan seksual
i. Kegiatan sehari- hari/ pekerjaan
j. Imunisasi
k. Penggunaan obat
l. Pakaian
B.
Mengatasi masalah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien
C.
Melakukan kolaborasi dan rujukan bila diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
V. Evaluasi
1.
Penilaian dilakukan pada setiap selesai tindakan
2.
Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
kepada klien/ keluarga
3.
Jadwal kunjungan berikutnya yang disepakati
bersama klien
VI. Pencatatan
Asuhan Kebidanan
a. Mencatat seluruh hasil pengkajian, diagnosa
dan atau masalah dan kegiatan asuhan sesuai dengan stndart yang berlaku
(SOAP) dalam status klien
b.
Mencatat hasil pelayanan dalam rekam medik/ buku KIA/ KMS/ kartu pasien
|
|
|
|
|
Komentar/ ringkasan : .............................................2011
Evaluator/
Penilai
(.....................................................)
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama :............................... No. Regester :.................. Ruang :.................
Tanggal
|
Subyektif
|
Obyektif
|
Analisa
|
Penatalaksanaan
|
TTD
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR
TILIK PEMERIKSAAN PANGGUL
NamaMahasiswa :…………………………………………………………
NIM :…………………………………………………………
Tingkat/Semester :…….…………………………………………………..
Tanggal :...………………………………………………………
Penilaian :………...………………………………………………
No
|
KOMPONEN
KINERJA
|
SKALA
PENILAIAN
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
|
LANGKAH-LANGKAH
Persiapan klien
1.
Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
2.
Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
3.
Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan
menimbulkan perasaan khawatir atau kurang menyenangkan tetapi tidak akan
menimbulkan gangguan pada kandungan
4.
Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan
pemeriksaan
5.
Memeinta persetujuan lesan untuk melakukan
pemeriksaan
|
|
|
|
|
Persiapan alat
1.
Tempat tidur Ginekologi
2.
Kapas dan larutan anti septik
3.
Sarung tangan bersih /steril
4.
Sabun dan air
5.
Apron
jangka panggul
6.
Ember berisi larutan klorin
Persiapan lingkungan
|
|
|
|
|
Persiapan lingkungan
|
|
|
|
|
Prosedur memasang sarung tangan
1.
Setelah cuci tangan keringkan tangan dengan handuk
kering
2.
Lepaskan lipatan sarung tangan da ambil sarung
tangan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri (pada tepi atas lipatan
)
3.
Masukkan tangan kanan kedalam sarung tangan dan
sesuikan jari-jari tangan dengan alur jari yang tersedia
4.
Kencangkan sarung tangan dengan jalan menarik
ujung lipatan kemudian tarik lingkaran sarung tangan keatas
5.
Ambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan
jari-jari tangan kanan diantara lipatan sraung tangan
6.
Masukkan jari-jari tangan kiri kedalam alur jari
yang tersedia , kencangkan dengan jari mendorong lipatan sarung tangan keatas
kemudian tarik lingkaran sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk kanan
untk menghilangkan lipatannya
Pemeriksaan panggul
Pindahkan jari
tangan dalam kelinea inominata kanan kemudian telusuri sejauh mungkin
kebelakang hingga posisi jari mengarah ketengah (sumbu badan ibu). Bila
ditengah teraba tonjolan tulang kebagian dalam jalan lahir (promontorium)
maka pindahkan jari tangan kanan ke tangan kiri untuk menentukan batas atau
jarak dari titik tersebut keujung jari kanan
|
|
|
|
|
Pencegahan Infeksi
1.
Kumpulkan semua alat yang telah digunakan dan
masukkan pada larutan klorin 0,5 %
2.
Sikat benda /alat yang terkena secret atau cairan
tubuh klien
3.
Masukkan dan bersihkan sarung tangan dengan cara
terbalik kedalam larutan tadi kemudian lepaskan dan rendam selama sepuluh
menit
4.
Cuci tangnan dengan sabun dan bilas pada air
mengalir
5.
Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
Penjelasan hasil pemeriksaan
1.
Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu
2.
Jelaskan tentang diagnosis yang dibuat berdasarkan
hasil pemeriksaan itu
3.
Bila perlu lakukan konseling spesifik tentang
diagnosis dan penata laksanaans elanjutnya
Penata laksanaan
1.
Catat hasil pemeriksaan/impulan pemeriksaaanbpada
buku klien
2.
Buat rencana dan penjadwalan kunjunagn ulang dalm
buku ontrol/ catatan medic
3.
Pastikan ibu mengerti tentang diagnosis yang
dibuat
4.
Pastikan ibu mengerti tentang penata laksanaan
atau jadwal asuhan ANC yang dibuat
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar